Sabtu, 12 April 2014

Jadi Guru Dadakan

Hai.... udah lama aku nggak bersua. Bagaimana kabarnya temen-temen ? Semoga baik-baiknya. Aku tetap sama kok, sama orangnya, belum punya jodoh (apaan sih -_- ). Oke, aku mau cerita sedikit aja pengalamanku beberapa hari yang lalu.

Jadi, semuanya dimulai 2 minggu yang lalu. Saat itu, adalah Kamis yang cerah. Kebetulan kelasku sedang ada pelajaran Sejarah. Bahannya tentang Islam dan kerajaan-kerajaannya di Indonesia. Guru sejarahku (Bu Ratna), nyuruh kita buat rangkuman sejarah tentang kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Tentu saja, saya sebagai murid yang loyal dan patuh (wus..... ) ngomong "ya bu". Namun, tiba-tiba bu Ratna ngomong "Yak, jadi yang minggu depan ngajar Fanu ya ... " Mak Jleb ! Aku hanya bisa berkata pasrah "ya bu".

Jadi, aku siapin tuh bahan-bahan sejarah yang dibutuhin. Dan tau enggak, aku harus ngajar di depan 33 siswa yang biasanya kalo sama sejarah sudah nyerah duluan. Jadi, mau enggak mau, aku cari cara supaya mereka minat belajar. Dan, eureka ! Kudapatkan juga caranya. Pertama, dengan timeline. Timeline atau garis waktu sangat membantu untuk mengurutkan kejadian-kejadian sejarah. Kedua, aku hanya menulis pokok-pokoknya saja. Namun, pokok-pokok sejarah tadi itu bisa sampai 128 slide ! Dan, itu dikerjakan dalam waktu dua minggu ! Untungnya, selama dua minggu itu, liburnya banyak. Jadi bisa sekalian buat tugas itu. Tapi, kamu bayangin aja ngetik 128 slide sambil mikir tu kayak gimana. Pelajarannya, jangan pernah ngeremehin guru, karena kamu ga tau rasanya jadi mereka.

Pas hari-H, aku sudah siap. Dengan jas (biar kayak dosen gitu lah...), penggaris kayu di tangan (buat mukul siswa bandel hehehe... ) dan buku catetan, aku ngajar di depan. Syukurnya, mereka semua senang dengan gaya mengajarku. Mereka memuji begini
Enak Fan, nggak bosenin.
Bagus banget, Fan.  Aku malah jadi dong sekarang.
Hahaha... mungkin itulah bakat terpendam. Sampai Bu Ratna berkata, "minggu depan kamu lagi ya yang ngajar." Namun, aku berkatanya dengan sigap "Siap bu !"

Nah, buntutnya, kabar aku jadi guru dadakan menyebar ke kelas-kelas lain. Akhirnya, semua temen-temen dari kelas lain datang ke aku dan "nyelametin" aku plus minta embel-embel buat diajari mereka. Hadeuh !

Tapi, emang untungnya, kamu seenggaknya jadi terkenal lah. Hehehe. Plus, kamu punya bakat terpendam untuk buka les-lesan. Hehehe.... :))

Selasa, 18 Maret 2014

Jomblo, Why Not ? (bagian 1)



Oke, mungkin judul post kali ini agak-agak tidak berperi kejombloan. Hehehe. Habis, di saat orang ingin cepet-cepet punya pacar, ada yang beruntung banget bisa punya pacar sesuai idamannya. Ada yang cukup beruntung punya pacar, walau nggak sesuai keinginannya. Dan, yang kurang beruntung ialah yang belum punya jodoh. Hehehe.... Tenang, mimin sendiri belum punya jodoh kok. Baru punya "bribikan". Hehehe

Sebenernya, ada alasan mengapa mimin ngangkat judul ini dan enggak ngelanjutin post sebelumnya tentang kesetiaan. Jadi, beberapa hari yang lalu mimin sempat memikirkan sesuatu. Mengenai "kesendirian". Ya bagaimana lagi, mimin sendiri belum punya jodoh. Jadi, menjalani hidup ini tanpa jodoh itu tadi. Puncaknya, pas mimin pergi ke toko buku di kota Jogja tercinta. Pas itu mimin lewat jembatan Gondolayu. mimin masih memikirkan masalah "kesendirian" tadi. Untungnya, mimin nggak kepikiran buat lompat dari jembatan itu. Hehehe...

Memang bagi sebagian orang, masalah "jomblo" ini menjadi problem tersendiri. Banyak ucapan-ucapan yang secara tidak langsung men-judge dirinya bahwa dirinya jomblo. Contohnya :
"Kok aku belum punya pacar ya ?"
"Duh, kok aku belum bisa nembak dia ya ?"
 Hari ini, mimiin ingin mengangkat mengapa kok harusnya para jomblo (atau single aja ya, biar lebih bermartabat sedikit. Hehehe ... :P) bersyukur banget belum dikasih pacar. Setidaknya, mimin dapat beberapa alasan yang mendukung kuat teori di atas.

Pertama, jomblo bisa melakukan apa aja, tanpa terganggu adanya pacar. Jadi gini, banyangin sekarang kamu belum punya pacar. Kamu bisa pergi kemana-mana (walau sendiri itu tadi), basketan ato futsalan bareng, atau cuma di rumah sendirian aja. Kamu bisa pergi kemana aja, tanpa kontrol pacarmu itu (kecuali orang tua lah). Tapi, sekarang bayangin kamu punya pacar. Pasti hampir setiap kegiatan kita diketahui oleh pacar kita. Apalagi untuk pacar yang posesif, pasti pacarnya minta ikut kamu untuk pergi. Entah ketemu temen lama, basketan, bahkan sampai hal-hal sepele contohnya buat ngisi bensin !

Kedua, jomblo bisa bergaul seluas-luasnya dan nggak terpengaruh oleh pacarnya. Artinya, para jomblo harusnya bersyukur karena mereka bisa berkenalan dengan banyak orang. Orientasinya hanya sebagai teman (tapi kalau mau djadiin jodoh ya enggak apa-apa). Selain itu, dia bebas untuk berkenalan dengan lawan jenis. Tetapi, kalau sudah punya pacar, biasanya kita enggak bebas untuk berkenalan, apalagi dengan lawan jenis. Bisa jadi kia dikira selingkuh dengan teman kita tadi (biasanya untuk pacar posesif). Orientasinya sudah enggak bebas lagi. Sayang 'kan ?

Ketiga, jomblo bisa menggunakan waktunya untuk menata diri. Para jomblo seharusnya bersyukur belum diberi pacar oleh Tuhan, karena masih punya waktu untuk mempersiapkan diri. FYI, pacaran itu bukan untuk main-main, tetapi sebagai pengenalan lebih lanjut sebelum pernikahan. Jika kita belum punya jodoh, kita bisa menata diri mempersiapkan diri. Entah mengubah kepribadian, fisik (mungkin dikurusin gitu), atau memiliki target (misal sudah punya penghasilan). Sehingga, saat pacaran kelak, kita nggak akan kelimpungan lagi pas menraktir pacar tapi enggak ada uang. Dan, nggak perlu takut. Tuhan tahu kok kapan kamu akan mendapat jodoh.

Tenang aja, pembahasan mengenai jomblo masih akan dilanjutkan di edisi berikutnya. Sekarang, sampai sini dulu ya. Tunggu tulisan selanjutnya.

Kamis, 06 Maret 2014

Kesetiaan (bagian 1)

Kesetiaan. Sebuah kata yang mungkin simpel bagi kalian. Namun, pernahkah kalian berpikir bahwa dampaknya akan sangat besar ?

Banyak contoh dalam kehidupan dimana saat kesetiaan yang berbicara. Contohnya, orang yang setia akan pasangannya sampai tua. Atau, orang yang setia yang mengerjakan kewajibannya (walaupun kecil) dengan setia. Saya ingat seorang bapak di sekolah dimana bapak ini selalu mengantarkan buku berisi pengumuman untuk dibaca ke setiap kelas. Setiap hari bapak ini bekerja dengan hal yang sama. Mungkin tugas seperti itu ga sebanding dengan guru atau yang lain, tapi itu sangat berarti bagi saya.

Pernah nggak kalian berpikir tentang kesetiaan itu sendiri ? Oke, saya akan melihat kesetiaan dari sudut pandang kekristenan. Seperti biasa, post ini bukan bermaksud menggurui atau memaksa orang, tetapi sebagai bahan kita untuk saling belajar.

oke, let's check !

Pertama, kesetiaan berasal dari Allah. Dalam 1 Yohanes 1 : 9 yang mengatakan,
Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. (TB)
Yesus adalah pribadi yang setia. Banyak ilustrasi yang digunakan untuk menggambarkan kesetiaan Allah. Tapi tidak perlu dibahas, karena keterbatasan tempat. Tapi, gambarannya ada sebagai berikut.
Saat kamu pergi dari rumah, membawa sebagian harta ayahmu, ayahmu pasti akan setia menunggu kamu kembali. Atau setidaknya menunggu kabarmu. Setelah kamu pulang, maka ayahmu akan memelukmu dengan penuh kasih sayang dan menyambutmu kembali. Seperti itulah Allah kita.
Kedua, kesetiaan dimulai dari hal kecil. Yesus pernah memberi perumpamaan mengenai hamba yang baik dan jahat (Matius 24 : 45 - 51). Hamba yang baik melakukan tugasnya dengan setia, sementara hamba yang jahat malah bermalas-malasan saja. Artinya, kita sebagai manusia setidaknya juga setia. Dan tidak harus dimulai dari hal-hal yang berat. Cukup setia saat mengerjakan tanggung jawab kita. Sebagai contoh, saat guru meminta kamu menghafalkan vocabulary bahasa Inggris, tanpa guru menyebutkan maksudnya, lakukanlah itu dengan setia.
Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. (Matius 24 : 46, TB)
 Sementara, itu dulu yang ingin saya share. Semoga bermanfaat. Tunggu post berikutnya yang masih bercerita tentang kesetiaan. :))

Selasa, 25 Februari 2014

Make Over (?)

Oke, sebenarnya aku cuma mau cerita pengalaman aja. Bagaimana rasanya punya temen yang perhatian banget...

Jadi, hari Senin yang lalu ada jam Ekonomi, sayangnya gurunya nggak dateng. Katanya ngurus sertifikasi guru yang harus rampung segera. Jadi, aku dan temen-temen lain ngobrol. Ngobrol apa aja. Sampe seorang temen tanya padaku
"Eh, ngomong-ngomong ada kabar dari si itu nggak ?"
Aku kaget aja denger pertanyaan gitu. Karena nggak siap jawab, aku cuma tergagap-gagap menjawabnya. Setelah itu, tiba-tiba pembicaraan berganti mengenai aku dan si itu (bribikanku maksudnya). Aku dengan malu jawab pertanyaan satu demi satu.

Dan parahnya, temenku ngomong kalo aku ada yang kurang. Entah kurang keren lah, kurang cowok dikit, kurang banyakk banget...... #capek. Tapi aku mendengarkannya saja dengan sabar dan manggut-manggut. FYI, manggut-manggut adalah jurus jitu untuk dikira paham ternyata nggak paham.

Tiba-tiba, mereka punya rencana yang (agak) gila ! Mereka sepakat mengubah tatanan, penampilan, cara jalan, suara, dan banyak banget... Jadilah, 6 orang membentuk tim MAKE OVER FANU ! Aku yang saat itu nggak tau apa" jadi cuma diem, nurut. Terserahlah apa kata mereka, mau diapain juga terserah.

Mereka semangat banget untuk make over aku. Sampai-sampai rambut dipegang-pegang, dasi ditarik-tarik, sampai ada pelatihan jalan. Aku mikir, ini kayak kelas modeling aja.

Dan, inilah hasilnya.... Geli aku liat foto ini.... :P


 Mau dibilang parah, ya iya... Galak, mungkin... Lucu, apalagi. Jauh banget !

Tapi okelah. Satu hal yang aku bisa pelajari, bahwa mereka masih memperhatikanku. Makasih buat temen-temen yang ikut tim MAKE OVER FANU : Tata, Michelle, Getza, Iota, Iko, Yunda. Plus yang buat FOTOIN : mbak Kenanga.

Thanks for all :))

Minggu, 23 Februari 2014

3 Alasan untuk Bersatu Menurut Alkitab

Beberapa hari ini, aku lagi merenung dan mikir. Terutama setelah mendengar lagu "Jadikan Kami Satu" yang dinyanyikan oleh Jeffry S. Tjandra. Ada beberapa hal yang membuatku berpikir, seberapa pentingnya sih kita , sebagai anak-anak Tuhan harus bersatu ?


Setidaknya, ada tiga alasan mengapa kita harus bersatu. Di sini aku akan mencoba membeberkannya satu per satu. Saya harap, semoga postingan ini dapat memperkuat iman kita. Sementara, bagi yang beda agama, setidaknya semangat untuk bersatu (tentu dalam hal positif) menjadi semangat yang perlu diperjuangkan.

Oke, check it out.

Yang pertama, Yesus sendiri ingin kita bersatu. Dalam doa-Nya di Yohanes 17 : 20 - 23, Yesus sendiri ingin agar umat-Nya bersatu sama seperti diri-Nya dan Bapa satu. Coba lihat ayat ke 21 berikut.
.. supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa  Engkaulah yang telah mengutus Aku. (TB)
 Nah, itulah kerinduan Yesus. Maka, setidaknya kita juga bersatu seperti Dia.

Yang kedua, dalam Yesus kita menjadi satu tubuh. Paulus menulis dalam 1 Korintus 12 : 12 - 31 bahwa kesatuan antar anggota jemaat Tuhan diibaratkan dengan tubuh manusia. Semua bagian adalah penting, dan semua organ adalah bernilai. Paulus pernah prihatin akan perpecahan yang terjadi. Dalam 1 Korintus 1 : 10 - 17, Paulus menasehati agar jemaat menghentikan perpecahan tersebut. Caranya ? Coba baca ayat ke-10 dari 1 Korintus 1 berikut.
Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir. (TB)
Yang ketiga, berkat Tuhan ada dalam persatuan. Mazmur 133 mengatakan bahwa berkat Tuhan turun kepada kesatuan orang-orang. Berkat itu turun seperti embun di bukit Hermon ke bukit Sion. Padahal, di antara bukit itu ada (kalau nggak salah) 7 bukit. Ini berarti, memang sulit untuk mengusahakan kesatuan, tetapi berkat Tuhan akan turun saat kita mencoba bersatu dengan anggota keluarga Tuhan yang lain. Berikut Mazmur 133 ayat 1.
.... Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!
Teman-teman, Yesus meminta kita untuk bersaksi, memperlihatkan kasih Tuhan pada kita. Selain itu, dunia melihat kita bagaimana cara hidup kita. Karena itu, sebelum kita melakukan amanat agung, bangun persatuan di antara anggota-anggota Keluarga Allah yang lain. Maka, kasih yang dilihat oleh orang-orang adalah kasih yang benar, persatuan antar anggota keluarga Tuhan. Amin.

Rabu, 19 Februari 2014

Mencari yang Pasti ?



Kepastian. Sebuah kata yang apabila dimaknai akan sangat bernilai. Bagaimana enggak, zaman sekarang orang butuh kepastian. Kepastian masa depan, kepastian pasangan hidup (PH - ciee... :P), kepastian pendidikan, sampai kepastian cuaca. Hehehe....

Menurut kalian, apakah dunia memberi kepastian ?

Bisa ya, bisa tidak. Bimbang. Lho, kok ? Ya, dunia bisa dianggap memberi kepastian. Contoh, apabila kamu sedang berjalan-jalan, dan di langit sedang mendung, berarti hari akan turun hujan. Atau, misal kalian ingin menelepon teman kalian jam 10 malem. Dapat dipastikan kalo teman kalian dah tidur. Nggak mungkin lah kalian telpon teman kalian jam segitu. Bisa-bisa teman kalian marah-marah plus lempar batu dari seberang telepon. Hehehe....

Dunia juga bisa tidak memberi kepastian. Contoh gampangnya, Indonesia sebentar lagi akan ada pemilu 2014. Nah, partai yang akan memenangkan pemilu tidak dapat dipastikan. Kenapa ? Karena sama-sama kuat. Yang menentukan ialah masyarakat itu sendiri. Atau, mungkin kalian pernah ikut bisnis saham, ya setidaknya kalian pernah denger lah istilah itu. Nah, bisa jadi, ada perusahaan yang dikira akan berkembang, ternyata collaps alias bangkrut.

Terus, dimana kita mendapat kepastian ?
Jawabannya ada dalam pribadi Yesus sendiri. Yesus adalah Allah yang mengetahui segalanya tentang kita. Ada sebuah lagu yang mengatakan,


Kau tahu hatiku Tuhan, Kau tahu hidupku Tuhan
Kau tahu harapku, Kau tahu mimpiku
Di tangan-Mu Tuhan
Dalam se'gnap hidupku, dalam setiap jalanku
Hanya Kau Tuhan, yang kuandalkan
Menghadapi semua



Dia tahu setiap hidup kita, Dia tahu juga apa yang kita inginkan. Bahkan, Dia juga tahu rencana kita kelak. Jadi, di dalam Yesus ada kepastian !

Nggak perlu kamu pikirkan background keluargamu, studimu, bahkan pribadimu. "Buat apa ? Yesus gak tau bagaimana background saya. Jadi, Yesus ga mungkin memberi hal yang pasti sama saya !" Nggak bro ! Tuhan tahu segala sesuatunya, bahkan sampai backgroundmu. Dia mau kok menerimamu sebagai anak-Nya. Tinggal sekarang, kamu mau nggak terima Dia, berharap pada-Nya, dan hidup berdasarkan panduan-Nya ? Hanya kamu yang bisa menjawab itu.

Pilihan itu di tanganmu. Di dunia yang serba tidak pasti, hanya Tuhan yang memberi kepastian. Kepastian keselamatan, kepastian masa depan, bahkan kepastian hidup juga Dia berikan. Karena Dia ingin mendampingimu sepanjang jalan hidupmu. Maukah kau ?

Rabu, 22 Januari 2014

Orang-Orang Kecil

Sebuah cerita yang pernah kudengar bercerita tentang pentingnya setiap orang walaupun orang tersebut tidak terkait langsung dengan hidup kita.

Waktu itu aku sedang menempuh kuliah di sebuah kampus di luar negeri. Saat ujian akhir, dosen pengampuku memberikan soal-soal ujian akhir. Bagiku cukup mudah mengerjakannya. Tinggal mengutak-atik hitungan, logika, dan nalar, soal pun selesai terjawab. Namun, ada satu soal yang membuatku agak bingung sekaligus kaget. Di nomor terakhir, soal tersebut seperti berikut

Siapa nama wanita pembersih di kampus kita ?
 Tentu saja aku dan sebagian mahasiswa lainnya menahan gelak tawa. Apakah dosen ini sedang bercanda dengan memberikan soal tersebut ? Hingga akhir  ujian, aku dan teman-temanku tidak menjawab soal tersebut. Ketika dikumpulkan, aku bertanya, "Pak, apakah soal di nomor terakhir juga dinilai ?"

Jawab dosen tersebut,

"Tentu saja, karena di perjalanan hidupmu dan karirmu, kamu akan menemukan orang-orang yang secara tidak langsung membantumu menjalani hidup."
Begitulah. Mungkin seringkali kita tidak memperhatikan orang-orang yang dianggap tidak berpengaruh akan hidup kita. Dibandingkan dengan ketua OSIS, kita lebih hafal namanya dibandingkan nama tukang kebun di sekolah. Atau, kita mungkin lebih hafal nama bos kita dibandingkan OB yang bekerja di kantor tersebut.

Satu hal yang ingin aku sampaikan, jangan pernah lupakan orang-orang 'kecil' tersebut. Orang-orang kecil tersebut, walau tidak terlalu mempengaruhi hidup dan karir kita, mereka juga membantu kita. Coba, bayangkan apabila tidak ada tukang kebun di sekolah, siapa yang akan membersihkan halaman sekolah ? Atau, apabila tidak ada OB di kantor, siapa yang akan memfotokopi berkas-berkas kantor kita ?

Perhatian sekecil apapun akan sangat berarti bagi mereka.

Jumat, 10 Januari 2014

Menyenangkan Semua Orang ?

Hai, sekarang siang ini aku mau ceritakan sebuah kisah yang mungkin temen-temen dah pernah denger semua.

Alkisah, ada seorang bapak dan anak yang hendak mengadakan perjalanan jauh. Karena jauh, mereka bersepakat untuk naik keledai.

Dari rumah, sang bapak meminta anak untuk naik keledai, sementara sang bapak berjalan. Di tengah jalan, orang-orang yang melihat mereka berkata, "Wah, sungguh anak yang tak tahu diri ! Masak orang tuanya disuruh jalan sementara anaknya naik di atas keledai ?"

Sang ayah yang mendengarkan orang-orang tersebut meminta anaknya turun, sementara dia menaiki keledai tersebut. Tak jauh dari tempat mereka bertukar, orang-orang melihat mereka dan berkata, "Sungguh bapak yang kejam ! Masak anak dipaksa berjalan sementara dirinya berleha-leha di atas keledai ?"

Sontak, kedua orang ini berpikir lagi. Dan... mereka menemukan suatu ide ! Kedua orang tersebut menaiki punggung keledai. Tak lama setelah mereka berjalan, orang-orang yang melihat mereka berkata, "Sungguh orang yang tak tahu diri ! Masak keledai kecil dinaiki dua orang sekaligus ?"

Bapak ini langsung turun bersama anaknya. Karena tidak punya pilihan lain, akhirnya mereka sama-sama berjalan dan keledainya hanya dituntun saja. Tetapi, sama saja. Orang-orang yang melihat mereka berkata, "Ayah dan anak yang bodoh ! Tidakkah mereka lihat bahwa mereka membawa keledai untuk ditunggangi ?"

Begitulah. Kita seringkali diminta untuk membahagiakan sekeliling kita. Sayangnya, ketika kita melakukan suatu hal, kita bisa mendapat pandangan negatif dari orang lain. Sementara, ketika kita melakukan hal lain lagi, kita dianggap bodoh oleh orang lainnya. Kita tidak dapat membahagiakan semua orang. Lantas, hanya satu yang dapat kita senangkan, yaitu Tuhan. Kalau kita melakukan hal yang disenangi Tuhan, kita tidak akan terpengaruh oleh gunjingan orang lain akan diri kita.

Mari, kita coba refleksikan diri kita masing-masing. Apakah kita selama ini lelah menyenangkan orang lain yang tak habis-habisnya ? Cobalah untuk kita sejenak berpikir. Kalau ya, mungkin coba kita menyenangkan Tuhan. Tuhan tahu kok apa yang kamu lakukan menyenangkan siapa. Miliki hati yang terfokus pada Tuhan, bukan pada yang lain.

Kamis, 09 Januari 2014

Introduce, my self

Udah lama nggak ngisi blog...

Sekitar dua tahunan aku ga pernah nge-blog lagi. Masalahnya, aku sendiri lupa kalo aku punya blog #parah. Emang sih, aku dulu punya pikiran mau nge-blog, tapi cuma sesaat.

Sejujurnya malem ini aku cuma mau cerita tentang diriku sendiri. Bukannya selfie atau apa, cuma kan kalo ga kenal ga sayang. 'Tul gak ?

Haha, oke, yang jelas namaku Fanuel Triaswanto. Panggilannya, banyak. Ada yang manggil Nuel, Fanuel, dan di SMA ini aku dipanggil Fanu. Jujur ga enak sih panggilan itu. Ya tapi karena dah terlanjur jadi ya udah deh. Lama-lama asyik juga.

Aku sekolah di SMADA, kelas X PMIIA 2. Ribet ya. Ya begitulah. Kurikulum 2013. Di sekolah, aku termasuk golongan pinter, tapi emosian. Ya, itu sifat burukku, dan aku sekarang mencoba untuk merubahnya.

Dari tadi mungkin nada tulisannya sedih terus ya. Enggak kok. Sebenernya aku tuh bahagia, enjoy, tapi memang aku terkadang mengikuti mood. Jadi pas bahagia, aku akan senang banget, tapi kalo sedih, aku bisa jadi pendiem.

Motto hidupku Menyenangkan Tuhan dan Melayani Sesama. Memang itu tujuanku. Bagaimana hidup di dunia untuk menyenangkan Tuhan, dan salah satunya adalah dengan melayani sesama.

Mungkin itu dulu yang bisa aku sampaikan. Kalau ada lain waktu pasti aku akan mencoba me-postnya. Aku kasih tau, blog ini sifatnya ga tentu. Jadi, ga melulu isinya curhatan, ga melulu serius tentang suatu hal, pokoknya mengalir ajalah.

Oke, mungkin itu dulu yang bisa kusampaikan setelah bertahun-tahun ga nge-post...