Rabu, 22 Januari 2014

Orang-Orang Kecil

Sebuah cerita yang pernah kudengar bercerita tentang pentingnya setiap orang walaupun orang tersebut tidak terkait langsung dengan hidup kita.

Waktu itu aku sedang menempuh kuliah di sebuah kampus di luar negeri. Saat ujian akhir, dosen pengampuku memberikan soal-soal ujian akhir. Bagiku cukup mudah mengerjakannya. Tinggal mengutak-atik hitungan, logika, dan nalar, soal pun selesai terjawab. Namun, ada satu soal yang membuatku agak bingung sekaligus kaget. Di nomor terakhir, soal tersebut seperti berikut

Siapa nama wanita pembersih di kampus kita ?
 Tentu saja aku dan sebagian mahasiswa lainnya menahan gelak tawa. Apakah dosen ini sedang bercanda dengan memberikan soal tersebut ? Hingga akhir  ujian, aku dan teman-temanku tidak menjawab soal tersebut. Ketika dikumpulkan, aku bertanya, "Pak, apakah soal di nomor terakhir juga dinilai ?"

Jawab dosen tersebut,

"Tentu saja, karena di perjalanan hidupmu dan karirmu, kamu akan menemukan orang-orang yang secara tidak langsung membantumu menjalani hidup."
Begitulah. Mungkin seringkali kita tidak memperhatikan orang-orang yang dianggap tidak berpengaruh akan hidup kita. Dibandingkan dengan ketua OSIS, kita lebih hafal namanya dibandingkan nama tukang kebun di sekolah. Atau, kita mungkin lebih hafal nama bos kita dibandingkan OB yang bekerja di kantor tersebut.

Satu hal yang ingin aku sampaikan, jangan pernah lupakan orang-orang 'kecil' tersebut. Orang-orang kecil tersebut, walau tidak terlalu mempengaruhi hidup dan karir kita, mereka juga membantu kita. Coba, bayangkan apabila tidak ada tukang kebun di sekolah, siapa yang akan membersihkan halaman sekolah ? Atau, apabila tidak ada OB di kantor, siapa yang akan memfotokopi berkas-berkas kantor kita ?

Perhatian sekecil apapun akan sangat berarti bagi mereka.

Jumat, 10 Januari 2014

Menyenangkan Semua Orang ?

Hai, sekarang siang ini aku mau ceritakan sebuah kisah yang mungkin temen-temen dah pernah denger semua.

Alkisah, ada seorang bapak dan anak yang hendak mengadakan perjalanan jauh. Karena jauh, mereka bersepakat untuk naik keledai.

Dari rumah, sang bapak meminta anak untuk naik keledai, sementara sang bapak berjalan. Di tengah jalan, orang-orang yang melihat mereka berkata, "Wah, sungguh anak yang tak tahu diri ! Masak orang tuanya disuruh jalan sementara anaknya naik di atas keledai ?"

Sang ayah yang mendengarkan orang-orang tersebut meminta anaknya turun, sementara dia menaiki keledai tersebut. Tak jauh dari tempat mereka bertukar, orang-orang melihat mereka dan berkata, "Sungguh bapak yang kejam ! Masak anak dipaksa berjalan sementara dirinya berleha-leha di atas keledai ?"

Sontak, kedua orang ini berpikir lagi. Dan... mereka menemukan suatu ide ! Kedua orang tersebut menaiki punggung keledai. Tak lama setelah mereka berjalan, orang-orang yang melihat mereka berkata, "Sungguh orang yang tak tahu diri ! Masak keledai kecil dinaiki dua orang sekaligus ?"

Bapak ini langsung turun bersama anaknya. Karena tidak punya pilihan lain, akhirnya mereka sama-sama berjalan dan keledainya hanya dituntun saja. Tetapi, sama saja. Orang-orang yang melihat mereka berkata, "Ayah dan anak yang bodoh ! Tidakkah mereka lihat bahwa mereka membawa keledai untuk ditunggangi ?"

Begitulah. Kita seringkali diminta untuk membahagiakan sekeliling kita. Sayangnya, ketika kita melakukan suatu hal, kita bisa mendapat pandangan negatif dari orang lain. Sementara, ketika kita melakukan hal lain lagi, kita dianggap bodoh oleh orang lainnya. Kita tidak dapat membahagiakan semua orang. Lantas, hanya satu yang dapat kita senangkan, yaitu Tuhan. Kalau kita melakukan hal yang disenangi Tuhan, kita tidak akan terpengaruh oleh gunjingan orang lain akan diri kita.

Mari, kita coba refleksikan diri kita masing-masing. Apakah kita selama ini lelah menyenangkan orang lain yang tak habis-habisnya ? Cobalah untuk kita sejenak berpikir. Kalau ya, mungkin coba kita menyenangkan Tuhan. Tuhan tahu kok apa yang kamu lakukan menyenangkan siapa. Miliki hati yang terfokus pada Tuhan, bukan pada yang lain.

Kamis, 09 Januari 2014

Introduce, my self

Udah lama nggak ngisi blog...

Sekitar dua tahunan aku ga pernah nge-blog lagi. Masalahnya, aku sendiri lupa kalo aku punya blog #parah. Emang sih, aku dulu punya pikiran mau nge-blog, tapi cuma sesaat.

Sejujurnya malem ini aku cuma mau cerita tentang diriku sendiri. Bukannya selfie atau apa, cuma kan kalo ga kenal ga sayang. 'Tul gak ?

Haha, oke, yang jelas namaku Fanuel Triaswanto. Panggilannya, banyak. Ada yang manggil Nuel, Fanuel, dan di SMA ini aku dipanggil Fanu. Jujur ga enak sih panggilan itu. Ya tapi karena dah terlanjur jadi ya udah deh. Lama-lama asyik juga.

Aku sekolah di SMADA, kelas X PMIIA 2. Ribet ya. Ya begitulah. Kurikulum 2013. Di sekolah, aku termasuk golongan pinter, tapi emosian. Ya, itu sifat burukku, dan aku sekarang mencoba untuk merubahnya.

Dari tadi mungkin nada tulisannya sedih terus ya. Enggak kok. Sebenernya aku tuh bahagia, enjoy, tapi memang aku terkadang mengikuti mood. Jadi pas bahagia, aku akan senang banget, tapi kalo sedih, aku bisa jadi pendiem.

Motto hidupku Menyenangkan Tuhan dan Melayani Sesama. Memang itu tujuanku. Bagaimana hidup di dunia untuk menyenangkan Tuhan, dan salah satunya adalah dengan melayani sesama.

Mungkin itu dulu yang bisa aku sampaikan. Kalau ada lain waktu pasti aku akan mencoba me-postnya. Aku kasih tau, blog ini sifatnya ga tentu. Jadi, ga melulu isinya curhatan, ga melulu serius tentang suatu hal, pokoknya mengalir ajalah.

Oke, mungkin itu dulu yang bisa kusampaikan setelah bertahun-tahun ga nge-post...